Genggaman Tangan


Dear Kesunyian,

Luna mulai menulis di atas kertas buramnya.

Cinta dan persahabatan adalah maya. Bisa dirasakan, diresapi namun masih ada pengkhianatan. Jarak semilipun bisa menjadi petaka.

Aku tak lagi mempercayai cinta yang lahir dari persahabatan. Aku pertama mengenal kamu dan dia yang akhirnya menjadi kita adalah cahaya. Banyak tragedi yang dilalui terurai indah, diantara bangunan puing-puing kepercayaan untuk saling menggenggam. Jika terdapat ruang kosong, maka satu diantara kita saling memenuhinya.

Sampai akhirnya satu genggaman kita masing-masing menjadi tiga genggaman erat. Aku, kamu dan dia.

Tiga sahabat saling mencinta….

Dear Pendebar hati,

Dari dulu kau sangat menyukai gempa dengan segala seluk beluknya. Aku heran mengapa kau sangat memujanya! Intuisimu selalu tepat kapan dan dimana gempa itu melanda. Dari bumi bagian utara hingga selatan, dari menyingsingnya matahari hingga berakhir diperaduan barat. Menurutku luar biasa.

Namun kau memutarbalikkan perkiraanku, ahli gempa itu yang terekam dipikiranku. Tapi semua berakhir di meja operasi. Ahli bedah. Gelar dokter yang kau sandang. Harvard university pula. Angkat topi yang hanya kupersembahkan.

Kini, segala tentangmu menguak kembali, delapan tahun berpisah membuatku mengenang masa dulu. Persahabatan kita. Aku, kamu dan dia. Saling menggenggam. Kamu di Sepanjang Braga dan dia di paginya kuning keemasan Pulau Lengkuas. Dan akulah pelakunya….

Dear tersangka hati,

Aku ingin melepaskan satu dari tiga genggaman erat yang dia lukis dengan sketsa.

Luna melirik tas yang berada disisi kanannya, diraih tas itu lalu membukanya. Selembar kertas tergulung yang telah menguning. Perlahan dibentangnya kertas itu, sketsa genggaman tangan.

Kembali Luna mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Kemudian hening.

Tawangmangu menjadi saksi sketsa itu terenggut. Genggaman tangan aku, kamu dan dia sudah tidak lagi utuh. Basah bersama jatuhnya air Tawangmangu. Hatiku terurai sendu, beku meniti keindahan semu. Biarkan rindu berselaput pilu karena kita bukan lagi satu.

Aku tidak akan kembali untukmu, untuk dia dan untuk kita.

September 2012
Tawangmangu,
Luna

Posted with WordPress for BlackBerry.

Leave a comment